Ketika Lupa adalah Nikmat

Lupa.. Semua manusia tak luput dari sifat yang satu ini. Ada yang nggak pernah lupa? Hehe... Terkadang memang menyebalkan jika kita lupa, lupa membawa sesuatu yang penting, lupa mengerjakan sesuatu, dan lupa lupa yang lainnya. Apalagi kalau dapat amarah setelahnya dari orang lain.. 

Dulu pamanku bilang, lupa itu juga nikmat. Kalau kita ingaaat semua yang terjadi dalam hidup ini, bisa-bisa seseorang akan menangis terus-menerus karena ingat ayahnya meninggal misalnya..

Akupun baru menyadari, ada lupa yang harus ku syukuri.

Bagi ibu-ibu yang mempunyai anak kecil, tak asing lagi dengan ulah anak-anaknya yang masih belajar ini itu. Berbagai eksperimen dan tingkah mereka lakukan. Merekapun melakukan kesalahan jugakarena tidak tahu. Saat ditegur dan dinasihati bahwa itu salah dan diminta agar tidak mengulanginya lagi, merekapun bilang "iya". Namun bagaimana kesalnya jika ternyata hal itu terulang lagi?? Bahkan berkali-kali??

Misalnya lagi Toilet Training, anak ngompol dan bilang "iya" akan pipis di kamar mandi setelah dimarahi. Namun tau-tau kursi telah basah lagi dengan pipisnya di lain waktu. Belum selesai urusan di dapur, nambah lagi kerjaan...

Ya, terkadang aku lupa, mereka masih keciiil.. Yang dewasa aja sering lupa apalagi yang masih kecil ini.

Dan aku tersadar bahwa lupanya anak kecil ini sangat harus disyukuri setelah membaca artikel yang ditulis mba Sarra Risman di salah satu grup parenting di FB 

"Walau mereka jawab iya, mereka HAMPIR PASTI akan mengulanginya lagi sampai konsep sopan, tersinggung, dan memahami perasaan orang lain bisa dipahami oleh otak mereka di atas 7 tahun. Tidak perlu dimarahi, karena memang anak kecil pelupa. Allah ciptakan demikian agar bisa memaafkan semua kesalahan pengasuhan orangtuanya. Kalau mereka tidak pelupa, tidak mungkin mereka akan memeluk anda 5 menit setelah anda membentak dan memukulnya."

Ya Allah.. Bener bangeeet.. Walau lisan ini memarahinya, namun tangan kecilnya tetap memeluk tubuh ini, mencium pipi yang bau dapur dan tetap tersenyum dan tertawa tanpa tatapan dendam.. Tak bisa jauh dariku, selalu mencariku.. Ya Allah.. betapa dzalimnya diri ini.. Kasihannya Hanin, padahal uminya juga masih belajar mengurusnya, mendidiknya dengan berbagai kesalahan tetapi menuntutnya memahami semua perkataanku dan memintanya untuk tak mengulanginya lagi. Maafkan umi ya Hanin sayang.. 

Walau di satu sisi lupanya membuatku repot, namun lupa akan kesalahanku selama mengasuhnya adalah kenikmatan yang sangat besar. 

Benar-benar lupa yang harus ku syukuri. Begitu pula lupa lainnya, insyaAllah semua ada hikmahnya, baik kita ketahui atau tidak. Namun tetap harus berusaha sebaik mungkin untuk tidak melupakan sesuatu yang harus diingat. 

Alhamdulillah 'ala kulli hal 😊