Subuh, ibuku sudah bangun dan menyiapkan segalanya.
Siang, makanan lezat sudah siap di atas meja.
Di waktu-waktu tak menentu, ibuku bisa terlelap begitu cepatnya.
Malam menjelang tidur, piring gelas sudah berjejer bersih.
Hal-hal itu dulu terlihat biasa di mataku yang masih duduk di bangku sekolah. Sehari-hari begitu-begitu.
Kini, tiba saatku melakukan semua hal yang dilakukan ibu. Namun ternyata hasilnya berbeda...
Subuh, aku masih berperang dengan kantuk yang sangat. Tak jarang suami yang membangunkan.
Siang, seringnya suami sudah pulang makanan belum lengkap tersedia.
Di waktu-waktu tak menentu, tahu-tahu aku bisa juga lelap tertidur.
Malam, piring gelas masih menunggu usapan sabun yang wangi, namun ku tinggal tidur..
Ternyata.. Hal-hal yang terlihat sepele itu tidak biasa.. Tetapi Luar Biasa..
Akhirnya aku menyadari bahwa yang dilakukan ibu bukan pekerjaan biasa. Butuh semangat dan perjuangan melawan keinginan untuk bersantai-santai saja sebagaimana masa gadis dulu demi lancarnya kehidupan suami dan anak-anaknya, bahkan itu dilakukannya dengan cinta.
Jika ibu tidak memasak sarapan, makan siang, makan malam, kami akan kelaparan. Lapar membuat konsentrasi susah terkendali. pekerjaan jadi tambah kacau. Belajar pun terganggu.
Perlahan mataku mulai terbuka.
Kini keheranan terhadap ibuku yang begitu cepatnya bisa terlelap dalam sekejap sudah terjawab. Ada lelah yang tak terlihat setelah sibuk di dapur, pikiran yang capek memikirkan "akan masak apa hari ini", "akan belanja apa di pasar", belum lagi dadakan ditanya PR anak-anaknya yang harus dikumpulkan besok.
Ibu, maafkan anakmu ini yang sering malas membantu pekerjaanmu...
Bicara tentang masak, ternyata masak belum berhasil memikat hatiku setelah menikah. Dari sebelum menikah, aku lebih suka makan, bukan masak. Mungkin bisa dibilang makan adalah hobi. Saking tidak tahu (dan jarang mau tahu) cara masak, sempat terpikir di benak saat makan tahu isi yang ku beli di kantin sekolah : bagaimana cara memasukkan isinya ini ke dalam tahu tanpa terlihat bekas robekannya??
Ternyata sampai menikah, memasak masih menjadi beban untukku. Aku heran sekali dengan orang-orang yang suka masak.
Alhamdulillah suamiku dengan sabar menunggu kepulan asap di dapur reda jadi masakan siap saji dan tetap memakannya walau mungkin rasanya aduhai entahlah..
Sampai suatu saat, suamiku mencium bau-bau ketidaksukaanku memasak.
"Rubah mindset dong jadi suka masak, sama kayak kamu suka ngerajut" saran suamiku.
Ya, aku sukaaaaa sekali ngerajut. Sampai curi-curi waktu untuk ngerajut.
"Tapi gimana? Suka ngerajut itu ya tau-tau suka aja" jawabku. Aku suka ngerajut tanpa perlu merubah mindset, kesukaan itu muncul begitu saja, tak dipaksa.
"Nah, itulah fungsinya agama, agama membungkus semuanya dengan pahala, semua yang kamu lakukan berpahala, itu menjadi penyemangat untuk masak. Ayo dong, rubah mindsetnya"
Pahala! Ternyata inilah yang sering ku lupakan. Sehari-hari terbangun dengan pikiran kusut akan masak apa dan tidak menikmati setiap bawang merah yang teriris pisau.
Aku melupakan bahwa ada pahala besar yang menunggu dibalik tetes air mata karena pedasnya ngiris bawang, pahala di balik proses memasak makanan yang akan memanjakan lidah keluarga kecilku, dan dengan masakan itu, suamiku bisa berkerja dan belajar dengan baik. Anak bisa belajar dengan baik. Pahalapun mengalir untukku.
Ya, pahala. Pahala akan mengalir jika semua yang kulakukan mengharapkan ridhoNya. Mengapa aku sering melupakan janjiNya ini..
Benar-benar pengingat yang berharga untukku. Baiklaah,, Harus semangat! Semangat, Naas!! Ayo rubah mindsetmu! Kayaknya perlu tulis gede-gede tempel tembok, jadi pas bangun, terbaca : "pahala menunggumu hari ini" :)
#PenaMilenialGen1
Semangat, Ummu Hanin.. Rnr selalu mnunggu postingan resep masakan Arab nya loh hehee
BalasHapusWaaah harus belajar dulu nih hihihi.. semoga bisa nulis resep masakan arab lagi aamiin
HapusBakal semangat kalau kita sudah sadar kalau aktivitas kita bisa dihitung ibadah ya 😁
BalasHapusIya bener kak masyaAllah.. tapi sering lupa ini hehe.. memang harus ditulis ditembok besar" mungkin ya hehe..
Hapus